Rabu, 09 Desember 2015

Syair Pelabuhan

Di bawah lentera ini ku mengukir
Sebuah resah yang turunnya dari hati
Yang gelap penuh
Bak malam tanpa bulan
Ketika tubuh ini diselimuti gundah
Gundah yang berkecamuk hingga tak sirna jua

Seberapa lama lagi kau ajak aku bermain dengan waktu
Yang kian lama kian memburu
Tentang pemuda yang mencari arti
Kemana sebenarnya ia kelak singgah
Seperti apa kata mamak tua di pinggir surau dahulu
Yang selalu ingatkan tentang pelabuhan itu
Pelabuhan diamana ia gemah ripah loh jinawi
Bukan hanya makan remah-remah penguasa

Aku ingin jadi hujan yang sama seperti malam ini
Yang temani temaram para tunawisma
Yang temani si patah hati dalam tangisnya
Dan aku dalam gundahku
Meski kilat ricuhkan malam
Kau tetap tenang di melodi mu
Acuhkan penggangu simfoni malam ini
Khas karya milik sang punya alam

Meski napas tercekat
Memburu aku dikejar peluru
Tancap dia tusuk aku
Penuh peluh disana hingga tak ada daya upaya
Hanya sinar diujung mata
yang mulai berpendar ke arahku
tuk tunjukkan bahwa sudah saatnya ku berlabuh

Ruang Hampa

Gelisah ku berkutat dengan waktu
Mengapa gelombang dan paradoks ini menguasaiku
Hingga ku tak tahu siapa aku
Yang sekarang kutahu ku butuh kamu

Terhisap sudah ku ke ruang hampa
Berbaur dengan gelap dan air mata
Yang diatasnya harapan
Dan dindingnya terbuat dari dirimu

Ku ingin segera lepas dari belenggu
Tapi hatiku berkata lain
Ia ingintetap hidup disini
Bersama ruang hampa ini
Yang selalu gamang
Yang tiap harinya buram
Tanpa jelas sekilas pun

Aku rela terus disini
Terpenjara dalam paradoks dan tujuan yang saru
Berusaha untuk apa yang gamang
Terkapar dan bangkit lagi setiap pemberhentiannya
Dan terus ingin menghilangkan gelap di dinding itu
karena kakunya kamu

Larik ini mungkin sudah usang
Tapi setidaknya dapat kuatkan hati
Tuk tetap tidak merintih
Dalam gamang dan gelap

Bukan ku tak mau bahagia
Tapi sedih lebih dekat denganku
Dan rasa sakit telah jadi sahabat
yang diiringi oleh sendu yang melagu