Rabu, 08 Maret 2017

Aksara STOVIA (Part 2)

Weltevreden,14 April 1932

Hari ini aku datang ke Dorpshuis untuk menyelesaikan tugas-tugasku untuk membantu ayah disana.Selama satu bulan ini aku masih memikirkan kejadian disaat di delman waktu itu. Mengapa ia berkata demikian? Apa karena aku menjajah tanahnya? Atau memang ia tak suka dengan diriku ? Semua hal tersebut selalu terbayang-bayang di benakku saat itu.

Pekerjaan yang menjemukan ini menambah rasa frustasi ku akhir akhir ini. Aku rasa aku membutuhkan pelarian. Aku berjalan menyusuri Jalan-jalan setapak weltevreden IV sambil menikmati udara segar dan suasana yang cerah tanpa gangguan dari tugas tugas yang menumpuk di Dorpshuis. Kebetulan hari ini Kuliah sedang libur. Aku berniat untuk mengunjungi taman di wijkhuis untuk menenangkan diri. Sepertinya memang taman yang aku butuhkan di situasi seperti ini.

Sesampainya di sana aku duduk memandangi sekitar melihat orang lalu lalang datang dan pergi. Ada anak kecil yang bermain riang. Ada pasangan kekasih sedang bermesraan. Begitulah taman di wijkhuis ini setiap harinya. Suasana taman yang temaram membuatku teringat akan dia. Ya ,Dewi.Gadis pribumi itu. Kenapa gerangan ia berkata seperti itu kepadaku. Sambil duduk terdiam termenung ku berpikir apa yang seharusnya ku lakukan terhadap dewi. Rasa dan ketertarikan diriku terhadap gadis pribumi itu tak lekang dimakan masa apalagi hanya dengan ditimbun oleh sejuta kesibukan. Mungkin Inlander lain di Batavia memang sama terpelajarnya dengan Dewi tapi entah sebuah impresi apa yang membuat si psikopat yang cantik ini mengalihkanku.

Sepulang dari taman di wijkhuis aku berusaha mencari cara agar bertemu Dewi esok hari. Aku ingin menyampaikan sesuatu padanya. Aku ingin menjelaskan semua gundah tanpa keterpaksaan ini . Sebuah rasa yang fana yang dinamakan rindu.walau mungkin ia takkan menerimanya setidaknya itu yang terbaik daripada tak melakukannya.

Keesokan harinya, Aku pergi ke Bibliothek di weltevreden Utara. Aku menunggu kedatangan Dewi disana. Menurut teman sekelasnya yang juga tetanggaku, Van hieftman. Ia bilang bahwa Dewi senang sekali meminjam buku ke Bibliothek. Maka dari itu aku tunggu ia disana sembari ku habiskan buku kedokteran yang kuambil di rak. Tak terasa jam dinding di Bibliothek ini menunjukkan pukul 6 sore. Aku harus segera pergi. Aku bingung dan kecewa tak bertemu Dewi hari ini. Apa kah seburuk itunya aku sampai sampai ia tak ingin bertemu denganku.Aku berjalan menyusuri jalan setapak di weltevreden bagian utara untuk pulang. Langkahku  gontai perihal dirinya. Namun tiba-tiba aku terhenyuk oleh kedatangan seseorang yang dari tadi kutunggu. Ya dia. Dewi. Tapi kenapa ia datang ke Bibliothek sangat larut malam. Hari ini ia tampak lebih rapi dengan terusan berwarna marun dan topi yang lebar membuatnya terlihat anggun. Akupun mencoba menyamakan langkahnya agar dapat berbicara. Dan pada akhirnya ku beranikan diri untuk memanggilnya

"Hey Dewi"kataku

"Ada apa,Rueben . Tidakkah kau sudah kubilang untuk tak dekat denganku" Jawab Dewi ketus

"Apa masalahnya? Aku butuh waktu untuk menjelaskan semuanya. Aku yakin persepsi mu hanyalah salah  paham" Kata ku

"Tidak ada yang salah tentang mu Rueben. Hanya saja aku tak ingin kita dalam masalah yang besar. Jika kau memang benar benar ingin bercerita sesuatu datanglah ke Opera di Sumpfige Pukul 7 malam besok. Aku akan ada disana untuk pentas biola" Kata Dewi lugas

BERSAMBUNG




Kamis, 02 Maret 2017

Aksara STOVIA

Weltevreden (Gambir) , 28 Maret 1932

Gadis itu terkesiap di benak. Sejak kemarin ketika kembali dari balai kota di Batavia, aku selalu teringat dengan dia kala itu. Data data pekerjaan paruh waktu dan urusan ku terbengkalai berkat gadis tersebut. Namanya dewi. Ya dia gadis pribumi. Apa masalahnya denganku?. Aku rueben Van Kot. Memang pria berdarah Belanda yang menjajah tanah Hindia ini. Tapi Dewi hal yang berbeda dari pribumi lain. Rambutnya yang panjang hitam memberi impresi bahwa ia akan susah didapatkan.

Ia gadis terpintar di STOVIA. Tinggal di weltevreden Sebelah Utara dekat perpustakaan negara. Aku sempat satu delman dengannya ketika pulang. Tapi menatap wajahku pun tak sungkan. Kami pernah bertemu di sekolah. Ia adik kelas ku . Tahun ke 2 kedokteran. kata teman teman ia paling tenang saat membelah kodok . Ia psikopat yang cantik celetuk anak-anak di sekolah. Kelihaiannya berbahasa asing juga dianggap sebagai kebanggan sekolah. Sedangkan Aku ibarat langit dan bumi. Aku hanyalah penjajah yang bodoh. Mungkin aku rasa aku lolos dari STOVIA hanya karena Ayahku adalah Residen di Weltevreden.

Kemampuanku hanyalah menulis,menulis dan menulis di sebuah buku kecil pemberian paman daendels . Ya seperti saat ini hanya bisa mencurahkan hati. Banyak anak bangsawan lain yang berkuda dan menembak . Itu bukan aku. Jawabku setiap dipaksa. Aku masuk STOVIA hanya karena aku terlalu malu untuk memaksa orang tua untuk menyekolahkan ku sastra. Walaupun aku pada akhirnya bersyukur karena satu hal. Aku bertemu dia disini. Si psikopat yang cantik.

lalu setelah ku tahu dirinya aku mulai mencari banyak informasi mulai dari mengobrak Abrik data di STOVIA bibliothek dan mencoba mencuri data dari penjaga tata usaha sampai datang ke Dorpshuis di sebelah selatan weltevreden. Dan sampai pada perjumpaan ku di lorong kelasnya waktu itu . Dia memakai blouse pendek berwana merah hati.Sedikit terbuka. Mungkin karena sedang kemarau dan cuacanya panas. Aku mencoba menyapanya dan perbincangan hangat mulai tercipta saat itu. lalu kuajak ia pergi ke Kramat untuk nonton di metropole. Saat itu metropole sedang memutarkan " Love reedemed". Dan kurasa semesta mendukung romansa itu. Setelah dari sana kuajak ia makan di rumahku. Namun ia menolak, ia minta diantarkan saja kerumahnya. Mungkin bapaknya sudah menunggu di rumah dan khawatir. Ku antarkan ia kembali ke rumah. Sesampainya di weltevreden Utara ia berkata sesuatu

" Jangan bertemu aku lagi di STOVIA. Aku tak mau dekat denganmu"

Setelah itu kami sampai rumahnya dan ia berlalu sangat cepat membawa sendu. Dan itulah yang menggangguku akhir -akhir ini. Pekerjaan ku di Dorpshuis untuk membantu ayah menjadi terbengkalai dan kadang tidak sesuai keinginannya. Hanya karena dirinya hancur semua fokus ku di kehidupan dan pekerjaan di dorpshuis


BERSAMBUNG

Rabu, 18 Januari 2017

Review puisi Bunga dan Tembok Wiji thukul

Assalamualaikum Reader,



Ketemu lagi di postingan Aksara senja. Kali ini kita mau review salah satu syair dari penyair favorit gue , penyair gila yaitu adalah Wiji thukul. Siapa sih yang gatau Wiji? Pasti Taulah dia siapa. Honestly , gue suka Wiji Thukul karena syair dan diksi nya yang berani-berani banget. Kagum dan salut pokoknya gue sama beliau. Dan intermezzo sedikit Wiji Thukul ini adalah aktivis sekaligus penyiar yang giat menyerukan kebebasan dan demokrasi pada era orde baru. Dan maka dari itu Wiji di zaman orde baru pun masuk ke daftar orang hilang dan sampai sekarang belum bisa ditemukan. Walau begitu guys, banyak orang-orang syair bilang gini " Dia gapernah mati karena setelah hilang ia hanya membelah diri dan alhasil jadilah kami" . Semoga gue juga termasuk kedalamnya hehehe. So daripada bacot langsung aja Check it out, ini dia Bunga dan Tembok
.



BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Nah itu dia bre syairnya Wiji Thukul yang berjudul bunga dan Tembok. Sebagai suatu karya sastra, Wiji memasukan kata perkata sebagai visualisasi yang rapat untuk menunjukkan tujuannya. Wiji ingin memperlihatkan ironi dan suara dari masyarakat masyarakat kecil. Wiji menggunakan perumpamaan yang ada disekitar dengan pemilihan kata yang ringan agar kesan tersampaikan dan tujuan tetap lantang disuarakan.Dan menurut gue sajian secara diksi yang disampaikan Wiji di syair ini tentunya tetap lugas dan menyerang namun memberikan kesan yang elegan dan tidak seperti syair Wiji yang lainnya yang menggambarkan ironi dengan sangat gamblang dan humanis

Selain itu , Wiji memang dikenal dengan sindiran yang kontra pemerintah yang mungkin pada eranya sangat jarang muncul penyair sepertinya. Diksi dalam syair ini menurut gue tegas dan lugas. Dan pilihan kata di syair ini yang membungkus tujuan tersebut dengan sedikit ironi yang akhirnya mempertajam makna dari syair ini. Secara kemasan dari kata perkata berhasil membuat gue merasakan ironi dan apa yang ingin Wiji sampaikan dalam beberapa saat waktu kita membaca dan merasakan syairnya
Dan poin tambahan dari beberapa syair Wiji termasuk pusisi ini adalah nuansa tirani yang diangkat Wiji sangatlah kental dan dekat dengan kita. Wiji dengan pantainya dapat memotong ruang dan waktu bagi pembacanya seolah olah merasakan hal yang sama terhadap negeri ini tanpa lekang dibatas perbedaan jaman. Karya sastra multidimensi yang jenius dari seorang aktivis sederhana penuh makna.
Selain itu pula ada beberapa poin yang membuat syair-syair Wiji lebih tegas dan on point sesuai tujuannya untuk mengkritisi pemangku jabatan adalah Rima yang mengalir dan terkesan tak dipaksakan untuk selaras. Kesederhanaan dan kesahajaan visualisasi Wiji justru memberi nilai tambah terhadap karyanya kali ini. Dan terlebih lagi dengan semua kemasan itu , Emosi dengan mudah disampaikan ke pembaca dan dapat termanjakan oleh diksi yang tegas kasar dan lugas. Pencampuran karya sastra yang jenius dan liar dalam cakupan sekaligus.

Omong-omong soal wiji, Gue sedikit memberikan informasi bagi Reader semua yang tertarik sama Wiji juga. Ya, Besok film  tentang Wiji thukul yang Berjudul "Istirahatlah Kata-kata" tayang di tanggal 19 Januari di  bioskop- bioskop konvensional Indonesia. Gue pribadi ga sabar untuk nungguin ini sejak lama . Jangan lupa nonton film Istirahatlah kata -kata supaya banyak Wiji Wiji muda diluar sana menunjukkan tahunya untuk dunia literasi Indonesia yang lebih baik berikut ini



Dan demikianlah postingan review gue kali ini. Mohon maaf bila ada kesalahan. Jangan lupa komen, share dan like bila berkenan di facebook, Twitter atau Google+ kalian. At last but not least Enjoy Reading

Sumuhun Reader

Penyair gila

Selasa, 03 Januari 2017

Roman murahan

Malam ini dingin tak berawan
Seolah olah Tuhan titipkan harapan
Pada hal yang dianggap khayalan
Karena kamu yang datang dan alihkan

Kamu curang...
Datang begitu saja membawa senyum
Yang menyelipkan hati di pria filicium
Yang rencananya bak bunga mawar ranum
Indah tak mau pergi menusuk ke tulang sumsum

Aku tertarik pada rambutmu
Dan juga tabiatmu yang buat rindu
Meski kamu hanya adikku
Tapi sembarangan memberi candu

Mungkin kamu tak sadari itu
Setiap hal lugu yang kubuat untukmu
Karena semata mata ingin warnai harimu
Dan tunjukkan ku candu akan kamu

Mengapa semua wanita begitu
Buatku rindu dan candu
Akibat kelebihan mata dan senyum yang lugu
Juga rambutmu yang jadi belenggu

Aku ingin tinggal di hatimu
Hidupkan sepersekian detik hidupmu
Dan tularkan rindu dan candu padamu
Yang semuanya isinya aku

Makna ingin lebih kuat
Tapi entah rasa lebih lekat
Dan cinta yang membuat rekat
Sehingga candu dan rindu jadi erat
Dan membuatku selalu ingin dekat

Senin, 02 Januari 2017

Intro : The New Writer

Lumos.

Selamat siang readers!

Pertama-tama mau ngucapin makasih buat sang pemilik blog yang udah ngerelain blognya diduain sama gue hahaha. Ya pokoknya makasih udah ngizinin gue untuk jadi penulis di blog ini. Oke gausah banyak basa-basi, langsung aja perkenalan.

Nama gue Yolanda Rizkilia, biasa dipanggil nengok. AHAHAHA nggakdeng, biasa dipanggil Yola atau Yolanda. Sekarang duduk dibangku kelas 3 SMA dan sedang stress memikirkan ujian (mikirin doang gak belajar hahaha). Hobby gue itu nyanyi, nulis puisi, makan, doing a fangirl thing, dan nonton. Kegiatan sehari hari ya paling sekolah, pulang sekolah tiduran sambil makan, nulis nulis puisi melankolis, belajar kalo mau ulangan, tidur. Ya gitu gitu aja sih typical kerjaan anak jaman sekarang (gak patut ditiru ya guys).

Oiya, kalo mau tau gimana bisa jadi penulis disini dan merubah nama blog ini, jawabannya adalah iseng. Jadi awalnya gue lagi buka folder folder puisi dan tulisan gue di laptop, trus nemuin sebuah tulisan lama yang setelah dibaca ternyata cukup punya nilai estetika yang kalo dinilai dari 0-10 bernilai 7 (in my opinion loh ya wkwk). Trus iseng ngasih tau ke temen yang juga adalah pemilik dari blog ini, bapak sultan alip, dan meminta untuk di post di blognya. Eh tanpa disangka, malah dikasih kepercayaan untuk jadi penulis di blog ini *applause effect begins*. Dan kemudian nama blog ini berubah yang tadinya "penyair gila" menjadi "aksara senja" which is, bagus banget namanya. Dan penyair gila sekarang jadi identitas bapak owner, sedangkan gue akan menamai diri dengan "wanita sajak". Asik gak tuh? Hahaha. By the way, kalo kalian kepo sama sajak sajak buatan gue dan 3 temen gue, kalian bisa buka instagram @wanita_sajak .

Sekian perkenalan dari gue, wanita sajak. Keep reading our blog ya guys karna nantinya bakalan berisi banyak konten konter menarik yang gak jauh jauh dari dunia sastra. Mungkin selanjutnya bakalan ada review review puisi, film, dsb. Pokoknya keep reading our blog yaa hehe..

Nox.

Wanita Sajak

Organization whisperer (why i love them so much)


Assalamualaikum Reader

Kembali lagi di postingan gua, penyair gila di nama blog yang baru hehehe. Semoga Aksara senja bisa menjadi wadah gue untuk menulis dan menggambarkan apa yang ada di pikiran gue setiap hari dan bakal jadi lebih baik. Oke guys hari ini sebenernya mau cerita aja. Yak foto diatas sudah sangat menggambarkan hidup gua satu tahun kebelakang ini .mungkin kalo ditanya 2015-2016 gue dihabiskan dengan apa jawabannya adalah mereka. Banyak banget cerita dan perjalanan yang udah mengubah hidup gue bareng organisasi and it's such an honour for me to have that kind of responsibilities. Bahkan di organisasi ini gue juga bisa mempelajari banyak hal dari perbincangan perbincangan kecil yang hangat di ruang osis setiap Kita kumpul. Hal-hal yang buat gue setelah regen jadi rindu. Mungkin orang lain nganggap melankolis kali yaa Tapi nyatanya gue kehilangan banget dengan kehidupan macam ini .

Semua berawal dari keputusan gue buat lanjut ikut OSIS di tahun kedua tanpa ragu. Sebenernya ada sih keraguan karena gue ditinggal temen gue di organisasi.terlebih lagi gue udah ngerasa klop kerja bareng dia.tapi ga apalah mungkin emang jalannya berbeda waktu itu. Dan gue mencoba menerima untuk berdaptasi dengan anggota dan pengurus baru yang notabene basic organisasinya sedang mereka cari dan juga terlebih lagi  honestly gue sempat berpikiran kalo pengurus lamanya juga etos kerjanya di tahun pertama juga kurang. Jadi disaat itu gue mencoba untuk menjalankannya itu semua dengan baik dan formalitas aja.

Yak tapi jeleknya gue, selang beberapa acara, jatuh bangun kita di organisasi dans semua hal yang membuat kita senang dan sedih dalam waktu bersamaan terus datang layaknya memang wajib dan ditakdirkan.banyak dari kita mungkin sudah mulai menyerah untuk kerja di organisasi dan gue juga sempet merasa ga dihargai sama pihak sekolah. Cuma pembina aja yang bisa ngerti kita dan kita trus berjuang bareng ayah Agus, ya itu panggilan kita untuk pembina karena kita memang sudah menganggap satu sama lain keluarga. Ditengah periode mulai banyak goncangan di setiap prokernya. Satu dua program kerja mulai banyak yang tumbang. Keringat dan kekecewaan itu selalu muncul di pikiran gue kala itu. Gue sempet down ditambah lagi banyak statement buruk dari internal siswa kalo gue gagal lah dan lain lain. Tapi sekali lagi organisasi yang nyadarin gue sebagai leader gua adalah kapten dan pengatur temponya kalo gue goyang mereka juga goyang. Dan disaat itu gue sepenuhnya terketuk bahwa orang yang dulu gue anggap sebelah mata dan gue sempet anggap kalo dia naik jadi jabatannya sekarang karena fame aja itu langsung ditepis habis sama apa yang udah dia lakuin. Mulai saat itu gue punya janji sama diri gue sendiri gue akan bela dia atas nama organisasi .lebay ya tapi emang kenyataannya selalu dia yang naikin gue saat down dan mulai goyah . He's more than just a friend ,He's my tandem , partner and maybe tempat curhat. Dan selain dia banyak lagi orang di organisasi yang selalu nemenin gue saat susah maupun senang di organisasi

Dan akhirnya di awal 2016 kita bisa ngasih sesuatu yang bisa membuktikan kalo we're exist bitches. Kita mengadakan program namanya OSJAR, mungkin untuk beberapa orang di sekolah menganggap bahwa itu bukan pencapaian terbaik untuk sekolah karena ga semua siswa ikut serta dalam hal itu. Whatever i'm happy enough to make this event. Kita mendapatkan banyak hal yang menarik di sini. Kita diajarkan oleh alam bagaimana menjaga satu sama lain. Dan accidentally juga kita harus belajar bagaiman menangani banyak masalah yang tiba tiba aja ada di sana.

Yak setelah OSJAR semua prokernya berjalan dengan lancar dan mulus begitu saja. Layaknya kita diberikan anugrah pelajaran berharga maka kita terus menggunakannya di sisa perjalanan ini. Namun bad moments akhirnya menghampiri kita saat waktu mendekati regen. Ya adik kelas gue banyak yang berhenti dan itu sekali lagi membuat gue down. Padahal sebenernya masih ada master plan yang dikit lagi deadline dan salah satu pembuktian sebelum kita regen tapi the fact is semuanya hilang begitu aja. Gue udah mulai muak dengan optimistis dan segala kepercayaan diri gue mencoba untuk menghabiskan sisa jabatan dengan merusak identitas tapi itu ternyata salah. Dan sekali lagi gue diedarkan oleh mereka yang terus loyal buat nerusin gue. Adik yang akan terus gue dukung sampe nanti dia punya regen yang baru dan sukses.Sekali gue diberikan pertolongan dan sekali pun dia percaya sama gue. Gue akan sepenuh hati get in touch dengan mereka. Begitu juga awalnya gue memilih untuk fokus di organisasi ini. Karena sebuah harapan .Harapan yang terus disemai hingga nantinya bisa kita petik dikemudian hari. Mungkin kalian adik adik gue yang udah mulai sibuk sekarang, inget kalian ga sendiri masih ada gua dan yang lainnya yang siap bela lo semua dari statement buruk itu .jadi jangan menyerah gue yakin kalian regen terbaik buat gue

Demikian tulisan gue. At last but not least Enjoy reading

Sumuhun Reader

Penyair gila

Cinta tak selamanya

Hari ini cinta dimana mana
Bak hanya masalah hati masalahnya
Sampai karya pasarnya cinta
Dan kami yang ingin bersuara tak dapat kuasa

Kenapa sendu dituhankan
Apa karena orang Melayu tenggelam dalam perasaan
Dan terus kalah pada persaingan
Yang karyanya sudah jual pandangan

Kami bukan budak harta
Suara kami murni dalam karya
Bukan hanya cinta yang diumbar disebut karya
Kami kan buat pasar baru tercipta
Dimana elegi dan logika ditempa
Dan cinta jadi urusan nomor dua

Kami tak ikut dalam kalian
Eksploitasi cinta demi keuntungan
Persetan dengan uang dan kemapanan
Karena karya cukup jadi kebanggaan

Minggu, 01 Januari 2017

Aku ingin bercerita

Aku ingin bercerita. Tentang kita yang kini mulai terdengar asing ditelinga.
Kala itu aku sedang dirasuki perasaan sakit yang teramat dalam. Setelah dia yang kupikir bisa membahagiakan, nyatanya malah mengecewakan. Ketika dia yang sangat kuharapkan, lebih memilih untuk kembali kepada masa lalunya. Aku hancur. Terluka sangat dalam. Akupun mencari bahagiaku sendiri tanpa bantuan orang lain hingga aku bisa berjalan tegak lagi tanpa rangkulan bayangan cinta yang semu.

Hingga aku mengenalmu. Kamu yang sangat menyenangkan. Kamu yang sangat bersahaja dan ceria yang tanpa sengaja mampu membuatku sedikit melupakan lukaku. Aku mengagumi auramu. Aura ceria yang selalu terpancar kapanpun aku menatap senyummu. Candaan yang selalu sukses mencairkan suasana didalam ruangan sempit yang sudah seperti ‘basecamp’ bagi organisasi ini. Tanpa sadar aku merasakan kenyamanan yang lain saat bersamamu. aku merasakan sesuatu yang dulu sempat aku rasakan ketika bersamanya, sang pencipta luka. Aku yang kala itu tengah berusaha menyembuhkan luka, tiba-tiba menemukan bahagia dari tempat yang tak terduga, dari sosok yang tak disangka. Ruangan itu bagaikan saksi bisu segala rasa yang pernah kita bagi bersama. Dan kamu, adalah aktor utama pembuat suka cita.


Aku terbuai oleh hangatnya senyuman itu, oleh lucunya candaan itu, oleh hadirmu yang selalu bisa membuatku tersenyum syahdu seakan dunia hanya berisi hal-hal bahagia. Aku kembali terperangkap dalam perasaan yang fana. Aku kembali masuk kedalam jurang fatamorgana yang sepertinya, akan kembali membuat luka. Aku ragu, bahkan berusaha membuangnya jauh jauh. Aku tak ingin terlalu cepat menyimpulkan atau berekspektasi hingga akhirnya aku lagi yang harus tersiksa. Dan benar saja, perasaan ini terhempas begitu saja ketika kutahu bahwa yang kau suka adalah dia, sahabatku.


Ya, aku memang sempat terluka. Tapi tak sedalam dulu. Kau tahu mengapa? Karena aku terlebih dulu menyadari posisiku dan berusaha mengubur perasaan itu dalam dalam. Aku sakit, tapi tak mengapa. Yang kumau hanya kau bahagia. Ketika kamu memintaku berjanji untuk membantumu mencapai inginmu, kau tahu apa yang kurasa? Bagai terhimpit dua tembok antara bahagia dan luka. Hingga akhirnya aku membuat janji yang hanya akan membuatku semakin patah.


Aku tak pernah sedikitpun berniat mengingkari janjiku. Karena kutahu, bahagiamu ada ditangannya. Bahagiamu hanya bersamanya. Aku masih ingat, tentang sinar dimatamu ketika melihatnya. Bahkan aku masih ingat, semangat yang membara ketika kau menceritakan tentangnya kepadaku. Dan hanya dengan menatap rona bahagia dalam wajahmu, aku kembali jatuh cinta. Semakin aku membantumu bahagia, ternyata rasaku ini semakin dalam. Menusuk kedalam jiwa yang sedang berusaha mengobati lukanya. Mencintaimu bagaikan mengiris luka yang baru sembuh kemudian melumurinya dengan cuka, pedih.

Aku semakin bimbang. Ragu akan keputusanku membantumu. Tapi aku meyakinkan diriku bahwa tujuanku adalah bahagiamu, bukan bahagiaku. Jika kau bahagia, aku pun begitu. Kulanjutkan perjuanganku membuatmu bahagia, sekaligus menambah cuka diatas lukaku sendiri. Kita semakin dekat, tetapi jauh. Kita dekat karena suatu tujuan yang pada akhirnya akan membuat kita semakin jauh. Tak kusangka, rasaku ini tak bertepuk sebelah tangan.

Ketika suatu hari kau katakan bahwa kau mengetahui isi hatiku yang sebenarnya, aku semakin bimbang. Karena aku sudah memantapkan hatiku untuk pergi, tapi kamu seolah menahanku untuk menetap. Tanpa sengaja kau bangkitkan kembali rasa yang tlah lama kusembunyikan dalam peti kebungkaman. Tanpa sengaja kau ingatkan lagi akan perasaanku yang sebenarnya, bahwa aku bukan ingin melihatmu bahagia, tetapi ingin bahagia bersamamu. aku terhentak ketika kau mengatakan sebuah kalimat yang tak pernah kusangka sebelumnya. Sebuah kalimat konyol yang membuatku larut dalam bahagia dan berjuta tanda tanya dikepala.


Aku takut, takut bahwa ucapanmu hanya candaan belaka.
Berulang kali kutanya akan keseriusan pertanyaan itu, dan berulang kali pula kau katakan bahwa kau bersungguh-sungguh. Aku bimbang. Bagaimana tidak, hari itu juga kulihat kau bersenda gurau dengannya sang bintang kejora. Dan disela candaan itu kau sempat melihat wajah sedihku, namun kau berpaling begitu saja. Wanita mana yang mau dengan mudahnya percaya akan keseriusan itu? Namun dengan bodohnya, aku mengiyakan pertanyaanmu.

Aku terbuai. Terlena. Terlalu bahagia. Aku bahagia bisa merasakan indahnya saat bersamamu. aku terlalu suka menghabiskan waktu bersamamu. saat bersamamu adalah saat-saat terindah dalam hidupku. Duduk berdua, bercanda, bercerita, berbagi suka cita, tertawa bersama, adalah moment yang sangat ingin kuulang kembali. Sebab kini, yang kurasakan hanya kesendirian, kesepian, kesedihan, kesenduan, dan kerinduan yang enggan untuk mengakui keberadaannya namun sangat terasa. Bahkan tetes airmata sudah mengering, seperti enggan untuk keluar lagi sebab ada atau tidak adanya tak pernah berpengaruh apa-apa. Sebab rindu ini tak pernah terbalaskan oleh sang pencipta rasa. Sebab kamu, seolah tak ingin lagi peduli dengan keberadaanku. Sebab bungkam telah menjadi pilihanku sejak pertama kita bertemu.

Aksara ku,
Yolanda. R

Update blog 1.2 ( Goodbye penyair gila)

Assalamualaikum Reader

Yak kembali lagi di postingan gue.kali ini gue mau ngumumin sesuatu nih guys. Sebelumnya gue ini menyadari bahwa konsistensi gue untuk ngisi blog ini sangatlah payah. Ditambah lagi oleh aktivitas dan tanggung jawab gue sebagai pelajar tahun terakhir yang tugas dan urusannya banyak banget, maka dari itu gue akan menambahkan penulis di blog ini dan kemungkinan akan mengganti nama blog ini. Dan ini adalah pengumuman update untuk blog ini :
1 . Gue akan menambahkan penulis untuk blog ini. Yaitu yola. Ya dia adalah teman gue di sekolah dan siap membantu gue untuk mengakomodir kebutuhan blog ini. Mungkin setelah postingan ini bakal ada intro dari yola jadi tunggu aja ya bre
2. Karena sudah ada penulis baru maka mungkin gua akan ganti nama blog ini jadi "aksara senja"

Dan demikian lah pengumuman gue tentang sedikit perubahan yang ada di blog ini. Semoga dengan adanya perubahan ini gue akan semakin rajin untuk menulis dan semoga gue dan yola bisa menyajikan tulisan terbaik yang tentunya tulus. Terimakasih bre
. At last but not least enjoy reading

Sumuhun Reader

Penyair gila

Sajak senja

Tertanda kamu yang beri candu,

Terima kasih telah datang membawa rindu
Lewat sekonyong-konyongnya sebarkan candu
Yang bergidik mendesak kalbu
Bawa renjana tanpa bilang ba bi bu

Saat ku tulis ini aku mau sekarat
Sedang coba menulis surat wasiat
Lalu rindu datang jadi obat
Penhalangku masuk kamar mayat

Sangat sulit dapatkanmu
Bahkan tupai yang hinggap di jendela kamarmu bilang begitu
Karena semalam aku bertemu
Dan titipkan salam rindu
Yang isinya tentang papahmu
Yang rela berpeluh demi sesuap nasi
Dan membesarkan anak cantik sepertimu
Terima kasih, papa mu
Yang buat kamu jadi kamu
Bukan kamu jadi aku
Yang penting ku rindu

Aku ingin tinggal di awan
Dan berjabat tangan dengan Tuhan
Berterimakasih diberi perasaan
Yang membuatmu juga kehilangan
Dan akhirnya ikut tinggal di awan


Aku tak puitis
Tapi kata orang ku melankolis
Yang penting ku bisa menulis
Akhirnya cinta menuntun makna aksara
Lalu rindu menguap dipersekian detiknya
Bilang ku rindu kamu