Kamis, 02 Maret 2017

Aksara STOVIA

Weltevreden (Gambir) , 28 Maret 1932

Gadis itu terkesiap di benak. Sejak kemarin ketika kembali dari balai kota di Batavia, aku selalu teringat dengan dia kala itu. Data data pekerjaan paruh waktu dan urusan ku terbengkalai berkat gadis tersebut. Namanya dewi. Ya dia gadis pribumi. Apa masalahnya denganku?. Aku rueben Van Kot. Memang pria berdarah Belanda yang menjajah tanah Hindia ini. Tapi Dewi hal yang berbeda dari pribumi lain. Rambutnya yang panjang hitam memberi impresi bahwa ia akan susah didapatkan.

Ia gadis terpintar di STOVIA. Tinggal di weltevreden Sebelah Utara dekat perpustakaan negara. Aku sempat satu delman dengannya ketika pulang. Tapi menatap wajahku pun tak sungkan. Kami pernah bertemu di sekolah. Ia adik kelas ku . Tahun ke 2 kedokteran. kata teman teman ia paling tenang saat membelah kodok . Ia psikopat yang cantik celetuk anak-anak di sekolah. Kelihaiannya berbahasa asing juga dianggap sebagai kebanggan sekolah. Sedangkan Aku ibarat langit dan bumi. Aku hanyalah penjajah yang bodoh. Mungkin aku rasa aku lolos dari STOVIA hanya karena Ayahku adalah Residen di Weltevreden.

Kemampuanku hanyalah menulis,menulis dan menulis di sebuah buku kecil pemberian paman daendels . Ya seperti saat ini hanya bisa mencurahkan hati. Banyak anak bangsawan lain yang berkuda dan menembak . Itu bukan aku. Jawabku setiap dipaksa. Aku masuk STOVIA hanya karena aku terlalu malu untuk memaksa orang tua untuk menyekolahkan ku sastra. Walaupun aku pada akhirnya bersyukur karena satu hal. Aku bertemu dia disini. Si psikopat yang cantik.

lalu setelah ku tahu dirinya aku mulai mencari banyak informasi mulai dari mengobrak Abrik data di STOVIA bibliothek dan mencoba mencuri data dari penjaga tata usaha sampai datang ke Dorpshuis di sebelah selatan weltevreden. Dan sampai pada perjumpaan ku di lorong kelasnya waktu itu . Dia memakai blouse pendek berwana merah hati.Sedikit terbuka. Mungkin karena sedang kemarau dan cuacanya panas. Aku mencoba menyapanya dan perbincangan hangat mulai tercipta saat itu. lalu kuajak ia pergi ke Kramat untuk nonton di metropole. Saat itu metropole sedang memutarkan " Love reedemed". Dan kurasa semesta mendukung romansa itu. Setelah dari sana kuajak ia makan di rumahku. Namun ia menolak, ia minta diantarkan saja kerumahnya. Mungkin bapaknya sudah menunggu di rumah dan khawatir. Ku antarkan ia kembali ke rumah. Sesampainya di weltevreden Utara ia berkata sesuatu

" Jangan bertemu aku lagi di STOVIA. Aku tak mau dekat denganmu"

Setelah itu kami sampai rumahnya dan ia berlalu sangat cepat membawa sendu. Dan itulah yang menggangguku akhir -akhir ini. Pekerjaan ku di Dorpshuis untuk membantu ayah menjadi terbengkalai dan kadang tidak sesuai keinginannya. Hanya karena dirinya hancur semua fokus ku di kehidupan dan pekerjaan di dorpshuis


BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksara indah teman sepi kala jemari dan hati tertaut jadi satu dan tertuang dalam satu wadah