Rabu, 18 Januari 2017

Review puisi Bunga dan Tembok Wiji thukul

Assalamualaikum Reader,



Ketemu lagi di postingan Aksara senja. Kali ini kita mau review salah satu syair dari penyair favorit gue , penyair gila yaitu adalah Wiji thukul. Siapa sih yang gatau Wiji? Pasti Taulah dia siapa. Honestly , gue suka Wiji Thukul karena syair dan diksi nya yang berani-berani banget. Kagum dan salut pokoknya gue sama beliau. Dan intermezzo sedikit Wiji Thukul ini adalah aktivis sekaligus penyiar yang giat menyerukan kebebasan dan demokrasi pada era orde baru. Dan maka dari itu Wiji di zaman orde baru pun masuk ke daftar orang hilang dan sampai sekarang belum bisa ditemukan. Walau begitu guys, banyak orang-orang syair bilang gini " Dia gapernah mati karena setelah hilang ia hanya membelah diri dan alhasil jadilah kami" . Semoga gue juga termasuk kedalamnya hehehe. So daripada bacot langsung aja Check it out, ini dia Bunga dan Tembok
.



BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Nah itu dia bre syairnya Wiji Thukul yang berjudul bunga dan Tembok. Sebagai suatu karya sastra, Wiji memasukan kata perkata sebagai visualisasi yang rapat untuk menunjukkan tujuannya. Wiji ingin memperlihatkan ironi dan suara dari masyarakat masyarakat kecil. Wiji menggunakan perumpamaan yang ada disekitar dengan pemilihan kata yang ringan agar kesan tersampaikan dan tujuan tetap lantang disuarakan.Dan menurut gue sajian secara diksi yang disampaikan Wiji di syair ini tentunya tetap lugas dan menyerang namun memberikan kesan yang elegan dan tidak seperti syair Wiji yang lainnya yang menggambarkan ironi dengan sangat gamblang dan humanis

Selain itu , Wiji memang dikenal dengan sindiran yang kontra pemerintah yang mungkin pada eranya sangat jarang muncul penyair sepertinya. Diksi dalam syair ini menurut gue tegas dan lugas. Dan pilihan kata di syair ini yang membungkus tujuan tersebut dengan sedikit ironi yang akhirnya mempertajam makna dari syair ini. Secara kemasan dari kata perkata berhasil membuat gue merasakan ironi dan apa yang ingin Wiji sampaikan dalam beberapa saat waktu kita membaca dan merasakan syairnya
Dan poin tambahan dari beberapa syair Wiji termasuk pusisi ini adalah nuansa tirani yang diangkat Wiji sangatlah kental dan dekat dengan kita. Wiji dengan pantainya dapat memotong ruang dan waktu bagi pembacanya seolah olah merasakan hal yang sama terhadap negeri ini tanpa lekang dibatas perbedaan jaman. Karya sastra multidimensi yang jenius dari seorang aktivis sederhana penuh makna.
Selain itu pula ada beberapa poin yang membuat syair-syair Wiji lebih tegas dan on point sesuai tujuannya untuk mengkritisi pemangku jabatan adalah Rima yang mengalir dan terkesan tak dipaksakan untuk selaras. Kesederhanaan dan kesahajaan visualisasi Wiji justru memberi nilai tambah terhadap karyanya kali ini. Dan terlebih lagi dengan semua kemasan itu , Emosi dengan mudah disampaikan ke pembaca dan dapat termanjakan oleh diksi yang tegas kasar dan lugas. Pencampuran karya sastra yang jenius dan liar dalam cakupan sekaligus.

Omong-omong soal wiji, Gue sedikit memberikan informasi bagi Reader semua yang tertarik sama Wiji juga. Ya, Besok film  tentang Wiji thukul yang Berjudul "Istirahatlah Kata-kata" tayang di tanggal 19 Januari di  bioskop- bioskop konvensional Indonesia. Gue pribadi ga sabar untuk nungguin ini sejak lama . Jangan lupa nonton film Istirahatlah kata -kata supaya banyak Wiji Wiji muda diluar sana menunjukkan tahunya untuk dunia literasi Indonesia yang lebih baik berikut ini



Dan demikianlah postingan review gue kali ini. Mohon maaf bila ada kesalahan. Jangan lupa komen, share dan like bila berkenan di facebook, Twitter atau Google+ kalian. At last but not least Enjoy Reading

Sumuhun Reader

Penyair gila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksara indah teman sepi kala jemari dan hati tertaut jadi satu dan tertuang dalam satu wadah